Lingkup Materi : Jenis minuman. Materi : Minuman sehat. Gambar :. Air kopi. Ibu sedang minum teh. Anak sedang minum susu. Bapak sedang minum kopi. Standar Kompetensi : Mengenal dan menggunakan pengetahuannya tentang kebersihan gigi. Kompetensi Dasar : Kebersihan gigi. Aspek Pengembangan: Gosok gigi.
Lingkup Materi : Menggosok gigi dengan teratur. Materi : Alat menggosok gigi. Gambar : Alat-alat gosok gigi. Gambar : Kegiatan menyikat gigi. Isi air di gelas plastik mengoleskan pasta gigi pada sikat gigi. Menggosok gigi dg tangan kanan berkumur-kumur. Melap mulut dengan handuk. Standar Kompetensi : Membiasakan makan dan minum secara tertib.
Kompetensi Dasar : 1. Tata cara makan dan minum. Menggunakan peralatan makan dan minm. Lingkup Materi : 1. Makan dan minum secara tertib. Menggunakan sendok dan garpu.
Minum minuman yang dikemas. Makan dan minum secara tertib :. Berdoa sebelum dan sesudah makan sesuai agamanya. Minum dengan menggunakan sedotan. Standar Kompetensi : Membiasakan makan secara tertib. Meskipun demikian, tidak berarti ranah kognitif dan afektif tidak dikebangkan. Dalam melaksanakan pembelajaran ranah keterampilan, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:.
Pada tahap ini siswa dikondisikan untuk menerima stimulus indrawi, yang meliputi persepsi visual penglihatan , auditif pendengaran , taktil raba dan kinestetik kesan terhadap gerak , dan dikoordinasikan dengan baik. Pada tahap ini siswa dibawa kedalam suasana siap secara fisik, mental,dan emosi untuk melakukan suatu kegiatan.
Bentuk kongkrit pelaksanaan tahap ini, antara lain latihan peniruan gerak, dan pengulangan gerak. Ada kemungkinan, siswa perlu dibimbing untuk melakukan gerakan-gerakan tersebut. Pada tahap ini siswa dibawa untuk memulai suatu kecakapan, yaitu kecakapan untuk mengikuti contoh-contoh tindakan yang diperagakan guru. Diawali dengan menirukan, yang kemudian mencoba sendiri.
Dalam melaksanakan tahap ini, latihan dan pengulangan memiliki peran yang sangat penting. Pada tahap ini siswa dilatih untuk memiliki keterampilan-keterampilan tertentu secara bertahap dan konstan. Kecakapan tersebut sudah menjadi miliknya atau sudah menjadi kebiasaan. Misalnya menggosok gigi, setiap selesai makan. Sebagai kelanjutan dari tindakan mechanism, proses pembelajaran ditujukan kepada siswa untuk memiliki kecakapan tentang hal-hal yang sama dengan kualitas yang lebih baik, efisien dan relative beravariasi.
Kecakapan atau keterampilan yang telah dimiliki akan dimanifestasikan sesuai dengan situasi dan problema yang dihadapinya. Contoh sederhana, siswa yang telah dilatih menyisir rambut dan yang bersangkutan sudah terampil. Keterampilannya itu akan digunakan setiap habis mandi dan dia tetap bias menyisir rambut dengan rapi meskipun tidak di depan cermin. Keterampilan-keterampilan yang telah dimiliki, harus diaplikasikan sesuai dengan kondisi, situasi dan problematika yang dihadapinya.
Agar Guru dapat melaksanakan proses pembelajaran sebagaimana yang telah dikemukakan, perlu menerapkan model pendekatan analisis tugas taks of analysis.
Pendekatan ini menekankan bahwa suatu keterampilan atau kecakapan yang akan diajarkan dirinci dan diurutkan berdasarkan urutan dan tingkat kesulitannya.
Rambu-rambu Pembelajaran Bina Diri. Ada beberapa catatan pengalaman dalam melaksanakan pembelajaran Bina Diri, sebagai berikut:. Jika kita tidak bias menyadari ini, akan mengalami kesulitan dalam merancang program pembelajaran yang efektif. Segala sesuatu dikerjakan denngan tegas, tanpa ragu-ragu tetapi harus dengan lemah lembut.
Bersikaplah tenang dan manis walaupun anak melakukan kesalahan berkali-kali. Hindarilah suasana ribut pada waktu memberi pelajaran. Usahakan pada watu melatih, anak melihat dan mendengarkan apa-apa yang kita inginkan. Tidak ada gunanya mengajar dengan banyak kata-kata, karena hal ini akan lebih membingunkan anak.
Satu macam latihan hendaknya dilatih berulang-ulang sampai anak mapu melakukannya sendiri dengan benar. Tidak perlu tergesa-gesa tetapi tidak berarti boleh dilakukan dengan main-main. Bantulah anak hanya bila perlu saja. Gunakan kata-kata yang sederhana saja. Penyimpangan demikian akan membingunkan anak. Contoh disiplin, misalnya Cuci tangan sebelum makan, sudah makan gosok gigi. Setiap langkah yang dilakukan anak, sekecilapun, selalu diberikan sapaan dengan pujian. Aduh, bagus sekali…..
Mungkin saja anak jatuh karena memasukkan kedua kakinya bersama-sama dalam satu lubang celana. Atau menumpahkan air sewaktu mencuci tangan….. Ini perlu dilakukan agar anak tidak frustrasi. Bina Gerak. Tujuan yang ingin dicapai dalam bina gerak adalah untuk memperbaiki dan mengembangkan fungsi gerak pada anak.
Atau untuk memberikan bekal dan kemampuan gerak yang dapat mengantarkan anak mampu bergerak untuk berpartisipasi dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Macam-macam gerak sendi adalah:.
Sebelum melakukan bina gerak terlebih dahulu dilakukan asesmen. Cara melakukan asesmen dapat dilakukan dengan cara tes dan observasi. Caranya dengan meminta anak untuk melakukan gerakan pesendian tertentu sesuai dengan kemungkinan gerak sendi pada persendian yang bersangkutan.
Materi Bina Gerak. Penguatan Otot yang lemah. Salah satu masalah yang dialami anak tunadaksa adalah gangguan motorik, sehingga organ geraknya kurang dapat berfungsi. Tujuan bina gerak adalah untuk menguatkan, menjaga, menyegarkan kerja otot baik dengan ataupun tanpa alat bantu.
Program untuk penguatan otot dapat dilakukan terpadu dengan mata pelajaran yang ada di sekolah dan dapat juga diberikan secara mandiri dalam pelajaran bina gerak. Terdapat tiga hambatan sebagai akibat langsung dari ketunanetraan. Ketiga hambatan itu adalah memperoleh keanekaragaman pengalaman, interaksi dengan lingkungan dan mobilitas. Kurikulum pendidikan khusus tahun memuat program pengembangan orientasi mobilitas, sosial dan komunikasi untuk peserta didik tunanetra.
Program pengembangan ini memperluas scope materi orientasi dan mobilitas sebelumnya. Kenyataan selama ini Orientasi dan Mobilitas disetarakan sebagai mata pelajaran dengan scope yang kurang memberikan sentuhan hambatan interaksi sosial dan hambatan keanekaragaman pengalaman. Disamping itu kompetensi yang dikembangkan berdasarkan jenjang kelas, dan tidak didasarkan pada kebutuhan peserta didik. Kompetensi guru dalam pembelajaran Oruentasi dan Mobilitas OM amat beragam. Keragraman kompetensi itu dapat disebabkan oleh kualifikasi pendidikan, latihan yang diterima, lama pelatihan, model pelatihan, pengalaman mengajar.
Sebagian besar guru OM di Indonesia bukan instruktur yang terlatih sesuai standar yang ditetapkan, namun siapa saja yang menjadi guru pendidikan khusus dengan sedikit kompetensi tentang OM.
0コメント